Selasa, 05 Agustus 2008

KayaMendadakDanBerkah

Seperti yang saya janjikan pada postingan sebelumnya, maka pada postingan kali ini saya akan ceritakan apa yang saya dapat ketika saya berpuasa mulut selama tiga hari dan tiga malam.

Namun, sebelum saya jelaskan terlebih dahulu untuk mengingatkan diri saya sendiri maka saya cukilkan disini satu ayat dari Al-Qur’an Surat ke 56 ( Al Waaqi’ah ) ayat ke 25, 26, yang artinya : “Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam”

Ayat di atas menerangkan tentang apa yang didapat oleh penghuni surga.

Ok, mari kita kembali pada fokus semula.

Beberapa hari setelah saya melakukan puasa mulut selama tiga hari dan tiga malam, datang ke rumah seseorang dari luar kota dimana saya tinggal. Orang tersebut mengutarakan ingin sekali bertemu dengan saya. Dan dia hanya menjalankan tugas yang diperintahkan oleh bosnya.

Selang beberapa hari, datang juga seorang teman yang memerlukan seseorang yang dapat memberikan nasehat yang bermanfaat untuk bosnya.

Kedua orang tersebut mengutarakan masalah yang sama. Bos mereka membutuhkan seseorang yang dapat menentramkan hati mereka karena masalah-masalah yang mereka hadapi.

Menghadapi situasi seperti ini, saya hanya bisa beristiqoroh. Meminta kepada Allah, saya harus menolong orang yang mana.

Setelah merasa mantap dengan keyakinan yang saya dapat, maka orang pertamalah yang saya pilih.

Mobil jemputanpun datang, lalu saya pamit pada istri untuk pergi beberapa hari.

Setelah sampai di rumah bos sang utusan, yang terletak di satu perumahan mewah di ibukota, saya merasa kaget juga. Orang yang masih sangat muda, istri yang cantik dan solehah, kekayaan yang melimpah.

Siapa yang menyangka bila beliau mempunyai masalah yang tidak ada ujungnya. Kami lalu sering berdiskusi mencari solusi. Tugas beliau seperti biasa—mengontrol beberapa perusahaan yang dimilikinya, baik yang berada di dalam kota maupun yang diluar kota.
Sedangkan saya hanya diminta oleh beliau untuk tetap menjalankan puasa nabi Daud yang sudah jadi kebiasaan saya-- dan bila maghrib tiba beliaulah yang membuatkan teh manis untuk saya berbuka puasa.

Sholat Tahajud, sholat Duha, menjadi imam di sholat Magrib dan Isya di rumah, dan sering diskusi masalah agama disertai istri beliau yang ternyata juga haus akan ilmu agama. Kami selalu berdiskusi bertiga setelah sholat isya.

Dua minggu berada di rumah beliau, ujian itupun datang menimpa saya. Bayangkan, beliau menawari saya keperluan dari ujung kaki sampai ujung rambut. Beliau menunjuk ke satu rumah sambil berkata : “Rumah itu buat bapak”. Dan beliau pun mengatakan : “Bapak ingin mobil mewah seperti saya?” “HP Bapak nanti ganti, ya. Jangan yang itu”.

Saya hanya diam. Dalam hati berkata,”Kesempatan ini yang banyak dicari orang. Kapan lagi? Kesempatan tidak akan datang dua kali”.

Saya teringat pada sebuah kisah. Di sebuah desa terdapat sebuah pohon yang sangat tua. Penduduk setempat sering mengadakan acara ritual di pohon itu. Terdapatlah seorang yang ahli agama datang ke pohon membawa sebilah golok untuk menebangnya.

Sang jin penunggu pohon menjelma menjadi manusia dan menghalangi niat sang ahli agama. Tak bisa dihindari, terjadilah pertarungan yang akan membuktikan siapa yang berkuasa.

Akhirnya, sang jin kalah. Namun, sebelum sang ahli agama membunuhnya, permintaanpun dilontarkannya. Sang ahli agamapun menyanggupinya.

Kata jin “Setiap pagi bangun tidur, tuan akan dapati uang yang banyak di bawah bantal yang tuan tiduri.”

Ditinggalkannya sang jin yang meringis sambil tertawa. Menunggu besok pagi di bawah bantalnya.

“Benar!” Dalam hati sang ahli agama ketika bangun tidur ditengoknya bantal yang ditidurinya.

Hari berlalu demi hari. Bulanpun demikian. Hingga tahunpun dilewati. Sang ahli agama semakin kaya karena banyak perusahaannya.

Suatu pagi bangun tidur, ia marah. “Kurang ajar!” gumamnya.

Di datanginya pohon tua besar di ujung sawah dengan sebilah golok kesayangannya.

“Hai, jin! Keluar kamu!” berteriak sang ahli agama. Disambut senyum sang jin yang mempesona.

“Ada apa tuan?” Sang jin sopan menyahutnya.

“Kamu sudah tidak menepati janjimu. Maka terpaksa aku harus tebang tempat tinggalmu” Geram hati sang ahli agama saking bencinya pada jin sang sudah mengingkari janjinya.


“Oh, saya minta maaf tuan” jawab sang jin.

“Tidak ada maaf!” Ditebasnya pohon tinggi besar dihadapan sang ahli agama, namun satu hantaman jin membuatnya terpental jatuh dan tak sanggup lagi berdiri.

Dicobanya lagi untuk berdiri, ternyata bisa. Kali ini golok diarahkan ke muka sang jin. Tapi, keanehan terjadi..sang jin kebal senjata.

Sang ahli agama merintih. Mohon belas kasih.

Ia melirih “Mengapa saya tidak bisa mengalahkanmu? Padahal begitu mudahnya dulu saya mengalahkanmu?”

Terkekeh-kekeh sang jin menjawab dengan entengnya.

“Dulu, kamu dapat mengalahkan aku karena niatmu ingin menjalankan perintah Allah. Tetapi, sekarang niatmu karena uang yang aku berikan.”


Kisah inilah yang saya ingat, walaupun ini hanya kisah yang kita tidak tahu betul kebenarannya, namun bagi saya mengandung pesan yang penuh makna.

Bab tentang niat ternyata mempengaruhi kekuatan seseorang. Alangkah jeniusnya Imam Bukhari. Pantas Beliau di dalam kitabnya “Shahih Bukhari” memuat “Bab Niat” di halaman paling awal dan urutan nomor hadits yang pertama.

Kembali pada sesuatu yang ditawarkan kepada saya, teringat sekali niat ketika saya berangkat. Ikhlas rido menolong orang yang sedang sekarat. Jangan sampai kehadiran membawa mudorat, tapi harus manfaat.

Kehidupan zuhud yang sedang dilatih sekarang berhadapan dengan materi. Kehidupan saya dan istri dengan satu anak perempuan 2,5 tahun memang sangat sederhana. Rumah yang kami miliki, kami kontrakan. Dan kami tinggal di rumah almarhumah nenek saya bersama ke 2 orang tua saya, yang apabila musim hujan tiba maka air dari genteng akan tumpah di halaman muka rumah karena genteng bocor yang ada dimana-mana.

Dengan pelan saya jawab tawaran beliau,”Terima kasih, Pak. Saya tidak bermaksud menolak, tapi saat ini saya tidak sedang mau apa-apa.”

“Bapak ini susah. Kemarin juga saya suruh bapak dan istri pindah kesini, gak perlu ngrusin yang dikampung, bapak juga gak mau.” Tambah beliau.


Siapapun anda yang kebetulan membaca kisah ini. Ini kenyataan yang saya alami. Betapa mudahnya sebenarnya kekayaan bisa kita dapat apabila kita mengetahui ilmunya.

Entah hal tersebut menimpa saya karena apa. Karena puasa mulut yang saya lakukankah? Karena puasa Daud yang saya lakukankah? Karena amalan sunnah lainnya yang saya lakukankah? Hanya Allah yang tahu.

Kesimpulan dari topik ini adalah banyak cara menjadi kaya mendadak dan berkah. Yang menjadi persoalan adalah mampukah kita melakoni syarat-syaratnya?


Syareat Hakekat Zenbae dapat diakses di
http://islamme-zen.blogspot.com

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau saya jadi pak ustadz...mungkin akan saya terima tawaran orang kaya tersebut..hehe..subhanallah, ingin sekali memiliki akhlak demikian.

Sop Iga Sapi Cirebon mengatakan...

Segala sesuatu tergantung niat mas Nurdin. Makasih dari tangerang sudah berkunjung ke cirebon.

AIRI ARI mengatakan...

kak zen, lebih bae kaya ilmu dari harta lho :D, arigato ne kak ^^

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah sy sedang belajar puasa nabi Daud... Mohon doanya spya Istiqomah..

Unknown mengatakan...

Insaallah saya ingin melakukannya,doain ya biar istiqomah.

Sopyan rouf mengatakan...

Ane insya allah mulai ini ane puasa daud mudah2an istiqomah