Minggu, 24 Agustus 2008

BelajarKayaDariSuratAz-Zaariyaat15-19



Berangkat dari pengalaman pribadi yang saya alami, kehidupan yang terasa amat berat dan sulit untuk dihadapi, sebagai manusia tentu sudah lumrah apabila ia berusaha mencari jalan ataupun cara untuk dapat hidup layak.

Logika saya mengatakan daripada meminta kepada orang pinter atau apapun namanya untuk dapat hidup lebih baik, saya lebih percaya kepada diri sendiri dan diri ini saya percayakan kepada kitab yang saya yakini

Banyak cara yang saya dapati dalam Al-Qur’an untuk mengangkat kita dari kebodohan dan kemiskinan. Dan diantara cara tersebut, cara ini sudah dan masih saya lakukan.

Definisi kaya disini adalah dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada, namun dalam hal nominalnya adalah relatif. Mengapa saya katakan relatif? Saya pernah membuktikan sendiri, seseorang yang dipandang oleh orang lain kaya secara materi, ternyata justru bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya. Maka, barometer kaya disini adalah ketenangan jiwa yang ada pada seseorang karna sebagian atau semua keinginannya bisa terwujud cepat atau lambat dengan cara yang sesuai dengan Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Adapun dalam bentuk materi yang tampak oleh mata adalah relatif.

Ketika ada suatu teori yang mengatakan,”Bila ingin kaya jangan berguru kepada orang miskin”. Teori ini syah-syah saja. Bisa jadi benar, bisa jadi salah. Tergantung dari sisi yang mana kita membahasnya.

Teori kaya yang saya gunakan adalah ayat 15 sampai dengan 19, surat Az-Zaariyaat di atas. Siapapun orangnya pasti mengidamkan surga. Kenapa? Saya renungi ayat-ayat ini, karena apapun yang mereka minta, Allah beri. Namun, begitu sajakah Allah memberi? Tanpa ada suatu syarat?

Saya berkeyakinan, didunia ini tdak ada yang gratis dalam arti untuk mendapatkan sesuatu harus ada usaha dan saya yakin untuk menjadi penghuni surgapun ada harga yang harus dibayar.

Saya amati pada ayat ke 16, disinilah rahasianya. Ketika mereka hidup di dunia yang mereka lakukan atau harga yang mereka beli adalah:

1. Berbuat kebaikan.
Teori ini semaksimal yang saya mampu, saya praktekkan. Apa yang saya dapat?

Pertama, kebaikan kita dibalas dengan kebaikan lagi. Minimal sama kebaikannya bahkan bisa lebih. Tentunya, siapapun akan senang apabila ia berbuat baik kepada seseorang lalu orang tersebut membalas dengan kebaikan lagi.

Kedua, kebaikan dibalas dengan kejahatan. Siapapun orangnya akan marah, menyesal mengapa kebaikan itu dilakukan pada orang tersebut dan berbagai karakter yang membuat kita bisa saja berprinsip tidak akan pernah berbuat baik lagi kepada orang.

Menyikapi kondisi seperti ini, tidak mudah bagi kita mengontrol batin yang sedang tidak stabil. Beberapa teori saya dapati dalam Al-Qur’an untuk mengatasi kondisi seperti ini. Alhamdulillah, bagi saya teori ini mustajab. Mengapa kita mesti berpusing dengan penyesalan dan kemarahan? Saya teringat dengan surat Al-Baqoroh, awal dari ayat 286,”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”

Saya jabarkan ayat ini:

Pertama, saya sanggup menstabilkan kejiwaan saya yang sedang tidak stabil ini dan keadaan ini tidak harus berlarut-larut dilalui. Masih banyak energi yang harus dikeluarkan untuk masa depan. Mengapa energi kita habiskan untuk hal ini?

Kedua, urusan saya adalah bagaimana bisa berbuat baik kepada orang. Masalah orang tersebut ingin membalas dengan kebaikan lagi atau membalas dengan kejahatan, itu bukan urusan saya, tapi urusan dia dengan Tuhannya seperti dijelaskan pada ayat di atas.

Ternyata, setelah teori ini diterapkan dalam diri, hati jadi tenang, ketenangan menimbulkan ide-ide cemerlang, ide cemerlang membuat rezeki datang, rezeki datang jadi banyak teman.

2. Sedikit sekali tidur diwaktu malam.
Penjabarannya adalah memanfaatkan waktu malam untuk berinteraksi dengan Allah, bukan untuk hal diluar itu.

Teori ini agak sulit diterapkan bagi yang belum terbiasa. Mengapa? Ketika orang sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, pada sepertiga malam atau jam 3 pagi kita harus sudah bangun boleh jadi kita baru tidur pada jam 12, jam 1, atau bahkan belum tidur. Apa yang dilakukan? Sholat tahajud.

Kebanyakan orang sebetulnya mampu untuk mempraktekkan teori ini, namun sayangnya mereka terapkan untuk menonton bola di TV, atau acara-acara yang bukan untuk berinteraksi dengan Allah.

3. Memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.
Teori ini kelihatannya sepele. Tapi, setelah saya merasakan khasiatnya yang luar biasa, saya usahakan tidak meninggalkan kebiasaan untuk beristigfar sebelum fajar atau subuh,

Setelah sholat tahajud menunggu sholat subuh tiba, biasa saya manfaatkan untuk beristigfar. Terserah model bacaan istigfar yang bagaimana yang kita baca asal ada landasannya yang syah.

Awalnya, saya tipe orang yang anti meminta maaf kepada orang terlepas saya punya salah atau tidak. Namun kegemaran beristigfar mempengaruhi pikiran saya, menyadarkan saya, betapa besar dosa saya kepada Allah, kalau saja bukan karena ampunan-Nya, entah sekarang saya jadi orang macam apa. Begitu juga ketika berinteraksi dengan manusia, kata-kata maaf tidak lagi malu untuk diucapkan bahkan ada effek postif yang mengikutinya. Ternyata kata dan perbuatan maaf ada hubungannya dengan rezeki.

Seorang teman datang dengan permasalahan rumit yang sedang dihadapinya. Dia ingin tahu, amalan atau bacaan apa yang harus dilakukan supaya kondisi segera berubah menjadi lebih baik. Saya tanya, sekiranya anda punya seorang teman, tapi karena ada suatu kesalahan terjadilah konflik yang menimbulkan kerenggangan. Lalu, anda datang kepadanya meminta pertolongan. Apakah dia akan bersedia menolong anda?

Sejujurnya, dia tidak akan bersedia menolong anda kecuali... terlebih dahulu anda meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang anda lakukan kepadanya. Saya yakin orang tersebut baru dapat membantu anda.

Lalu, bagaimana dengan orang yang kewajiban kepada Allah tidak dilakukannya tapi dia ingin meminta kepada Allah? Itu syah-syah saja. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Orang musrik saja yang berdoa kepada tuhan berhalanya, Allah kabulkan. Atau seorang pengusaha yang tidak sholat atau amalan sunnah lainnya membuktikan secara duniawi bisa sukses, tapi orang yang rajin sholat tetap miskin.

Kita fokus kembali kepada istigfar. Semua bacaan atau wiridan apapun yang diambil dari Al-Qur’an dan Al-Hadits itulah yang terbaik dari yang terbaik. Mengapa kita harus ambil wiridan atau bacaan yang bukan berasal dari 2 buku pegangan hidup kita ini? Sekiranya batin kita merasa kotor karena kejujuran kita bahwa kita tidak melakukan perintah-perintah-Nya, maka perbanyaklah beristigfar. Anytime, anywhere, syukur-syukur pagi sebelum fajar. Lakukan dengan penyesalan dan keikhlasan dalam membaca. Rasakan dampaknya entah 1 bulan, 1 tahun, atau beberapa tahun kedepan. Itu urusan Allah.

4. Pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.

Bagian ini mudah tapi sulit. Mengapa? Karena ternyata bab memberi sesuatu ternyata ada ilmunya. Bagaimana cara memberi, kepada siapa kita memberi, dampak dari memberi dan lain-lainnya kita simak bersama-sama surat Al-Lail, ayat ke 5 sampai dengan 11 di bawah ini:

5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
6. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),
7. Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
8. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup[1580],
9. Serta mendustakan pahala terbaik,
10. Maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
11. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia Telah binasa.

[1580] yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya.


Kesimpulan dari ayat ini sangatlah jelas. Dengan memberi, Allah akan siapkan jalan yang mudah. Sudah banyak cerita dan fakta tentang orang yang gemar memberi. Apa yang mereka dapat? Sedikitpun tidak akan berkurang harta mereka karena bersedekah. Tidak percaya? Buktikan sendiri. Buang sifat bakhil atau kikir karena kenyataannya sifat inilah yang membuat orang jadi miskin. Mari kita simak ayat 276 surat Al-Baqoroh di bawah ini:

276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah[177]. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa[178].

[177] yang dimaksud dengan memusnahkan riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang Telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.
[178] maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan riba dan tetap melakukannya.


Ayat ini pernah saya buktikan. Ternyata, Allah tidaklah ingkar janji. Janji Allah adalah benar. Mengapa kita harus ragu dengan kitab yang bukan bikinan manusia. Yang sejak jaman Rosulullah SAW hidup hingga sekarang ini tidak mengalami perubahan, terjamin akan keasliannya dibandingkan dengan kitab agama selain Islam.

Apalagi yang kita dapat dari memberi dan tehnik memberi, mari kita simak surat Al-Baqoroh ayat 261- 274 di bawah ini:

261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, Kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir[168].

265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya Karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.

266. Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, Kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya[169].

267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

268. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia[170]. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.

269. Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

270. Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan[171], Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya.

271. Jika kamu menampakkan sedekah(mu)[172], Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya[173] dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).

273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya Karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

[166] pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
[167] Perkataan yang baik maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.
[168] mereka Ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
[169] inilah perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya Karena riya, membangga-banggakan tentang pemberiannya kepada orang lain, dan menyakiti hati orang.
[170] balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sewaktu di dunia.
[171] Nazar yaitu janji untuk melakukan sesuatu kebaktian terhadap Allah s.w.t. untuk mendekatkan diri kepada-Nya baik dengan syarat ataupun tidak.
[172] menampakkan sedekah dengan tujuan supaya dicontoh orang lain.
[173] menyembunyikan sedekah itu lebih baik dari menampakkannya, Karena menampakkan itu dapat menimbulkan riya pada diri si pemberi dan dapat pula menyakitkan hati orang yang diberi.

Masya Allah. Begitu penuh maknanya ayat-ayat di atas. Dari yang tidak tahu, kita menjadi tahu. Masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang infaq atau sedekah, namun dari ayat-ayat ini saja cukup bagi kita untuk menyakini dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan kita akan sampai pada suatu keyakinan bahwa kita akan benar-benar menjadi orang kaya yang sejati.

Syareat Hakekat Zenbae dapat di akses di:

2 komentar:

AIRI ARI mengatakan...

tottemo keren & sugoi

Sop Iga Sapi Cirebon mengatakan...

Makasih lagi, mba ari...